Pengantar

Selamat datang di blog saya. Melalui blog ini saya ingin saling berbagi hikmah ,yang saya artikan hal-hal positip dalam kehidupan yang mudah-mudahan bermanfaat memperkaya bathin kita terutama saya pribadi. Medianya bisa dalam bentuk artikel, komentar, atau foto yang menginspirasi.
Untuk itu saya mengharap partisipasi teman-teman untuk berbagi melalui blog ini.
Semoga usaha sederhana ini mendapat ridho Allah Swt.Amin
Muhamad Yusuf

Berita

Sabtu, 25 September 2010

Ingat Kematian


Berbicara tentang kematian  selalu mendatangkan perasaan tidak nyaman. Peristiwa ini selalu hadir diruang media, maupun kita saksikan langsung  ,apakah itu berita   kematian  seorang tokoh karena sesuatu penyakit ,bencana alam,  kecelakaan , akibat tindakan kriminal , bunuh diri  dan sebab-sebab lain.  Perasaan perih  sedih , terharu pilu, selalu mengiringi , karena  perisriwa itu merenggut segala kenikmatan, kegembiraan , kehangatan keluarga yang selama ini  dimiliki.  Sering kita saksikan seorang ibu muda dengan menggendong anaknya , jatuh pingsan disaat pemakaman  sang suami yang  kematiannya bigitu datang tiba-tiba dalam suatu  kecelakaan.

Kita yang  hidup  dan dalam posisi bukan dari keluarga yang berkabung , sesuai anjuran agama  dan kelaziman  bermasyarakat selalu  datang  melayat, menghibur keluarga  yang meninggal. Dalam posisi ini kita  banyak membicarakan , tentang sebab-sebab kematian almarhum , mengapa dan bagaimana  dengan segala bumbu analisa sebagai bagian dari ungkapan rasa simpati. Dalam asyiknya kita mebicarakan itu terkadang memberi kesan bahwa  kita  “tidak akan pernah mengalami “. Manusia  sesuai nalurinya  cenderung pada  kenikmatan , selalu berusaha untuk hidup terus-menerus  seperti kata Chairul Anwar  “Aku mau hidup seribu taun lagi”.

Karena  imagenya yang  selalu memunculkan  gambaran kesakitan ,kesedihan, kengerian, kegelapan   dan horor,  sengaja  tidak sengaja kita  berusaha menghindar dari membicarakan kematian  dan bahkan mengingatnya, walaupun para  ustaz, pendeta dan tokoh agama  manapun  selalu  menganjurkan ini  sebagai bagian upaya  introspeksi diri.  Padahal suatu kepastian bahwa  semua mahluk tidak bisa menghindar dari kedatangan tamu tak diundang yang bernama “ kematian “. Disamping itu ,salah dalam memahami “ingat mati” bisa berakibat orang tidak produktif  tidak mau berbuat apa-apa dalam hidupnya dan apatis atau malah aji mumpung.

Karena kematian  suatu yang pasti dan tidak bisa dihindari dan tidak bisa diduga  , sehingga  perlu  upaya kita bagaimana memaknainya dan   bersikap agar ia menjadi suatu yang memberi rasa damai, bahagia dan membuat kita lebih produktif serta bersemangat bukan sebaliknya membuat ketakutan dan mengganggu  konsentrasi  dalam beraktifitas.

Semua agama dan keyakinan  kecuali yang atheis , meyakini adanya kehidupan setelah kematian sebagai  bentuk pertanggungjawaban manusia atas apa yang diperbuatnya selama hidup. Berlaku  hukum siapa menanam ia akan menuai. Yang  menanam kebajikan akan menuai kebajikan pula di alam  keabadian  yang namanya akherat, demikian sebaliknya. Ketakutan akan kematian ini  bisa jadi akibat kesadaran bahwa selama ini yang ditanam  keburukan, kemungkaran ,menjalimi orang melalui tangan, lidah dan fikirannya. Sehingga selalu dibayangi ketakutan khawatir ,besok lusa  dipanggil padahal belum sempat berbenah diri ,bertobat  minta maaf dengan orang yang pernah disakiti.

Bagi orang yang    sepanjang hidupnya  menjaga lisan dan tangannya dari kemungkaran, dan selalu menebar kebajikan kepada semua orang , menghadapi datangnya kematian sama dengan  menunggu datangnya panen dari  bibit  yang ditanamnya. Orang seperti ini akan sangat produktif, mulai  bangun pagi , diperjalanan menuju tempat kerja , dikantor  dimana saja ia bekerja, sekecil  dan sesederhana apapun yang dilakukan selalu bernilai kebajikan, memberikan manfaat bagi lingkungannya jauh dari menyakiti . Menghadapi kemacetan dijalan  terhindar dari  mengumpat, mencaci maki tidak jelas justru membuat stress sendiri . Sebagai  gantinya , mungkin berfikir positif  nanti juga akan lancar lagi, sambil melihat sekeliling  dan melempar senyum misalnya ke teman sebelahnya yang sama-sama sedang menikmati kemacetan.
Dalam  bekerja lebih  bersemangat karena dorongan memberi manfaat dan menanam kebajikan, bukan motif-motif yang rendah dan bersifat fana. . Kita perlu bercermin dengan tokoh “negawaran” yang diangkat oleh acara Kick Andy . Mereka orang-orang yang penuh dedikasi jauh dari pamrih murahan, popularitas, materi status sosial yang bersifat fana. Si  “Suster apung” sangat total dalam pengabdiannya menolong warga di kawasan yang jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan. Dalam keterbatasanya membantu pasien sampai-sampai mengambil resiko  menggunakan infus kadaluarsa untuk sebuah nyawa. Seorang bapak  saya lupa nanamya yang bergerak di dunia pendidikan salah satu tamu Kick Andy, ditanya apa rencana nya kedepan , jawabnya sederhana “saya mau masuk surga”. Mereka orang –orang yang produktif menanam bibit kebajikan dilahan alam keabadian. Saya pribadi kadang-kadang merasa malu pada diri sendiri, tapi sekali gus bersyukur masih banyak  tokoh  “elit bangsa” sejati menjadi inspirasi kita.

Ingat kematian’  menanamkan  kesadaran  tidak ada yang kekal di alam materi yang namanya dunia ini. Segala kenikmatan , harta, keluarga, jabatan popularitas suatu saat akan berakhir. Kesadaran ini  meningkatkan ketahanan mental dalam menghadapi suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam bentuk kegagalan misalnya. Nyaleg gagal tidak akan berakibat pada gangguan kejiwaan, karena meyakini  baik kegagalan maupun kesuksesan tidak abadi. Gagal sekarang bukan akhir segala-galanya , sebaliknya kalau  sekarang meraih sukses  juga siap mental untuk suatu saat akan  ditinggalkan.Yang penting  dalam proses berjuang dengan dasar niat yang baik bertolak  dari  visi ukhrawi jauh melampaui alam materi. Kalau sudah dimulai dengan niat yang baik dan visi yang benar  , kalaupun tidak berhasil sudah dicatat  sebagai suatu kebaikan oleh Tuhan. Kalau begini hidup menjadi indah, tidak ada peluang untuk bersedih.Itu yang dimiliki oleh tokoh-tokoh pejuang kita masa lalu.

Kematian yang datangnya tidak bisa diramal, sepuluh tahun lagi, satu tahun, satu bulan  bahkan satu detik kedepan tidak ada yang menjamin kita masih ada, memunculkan pertanyaan  bagaiman menyikapinya.. Apakah  membiarkan  perasaan kita dalam ketakutan, atau mencoba melupakannya . Cara yang paling baik menyikapi ini ,adalah dengan memaksimalkan “kekinian” dan “kedisinian” untuk menanam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar