Pengantar

Selamat datang di blog saya. Melalui blog ini saya ingin saling berbagi hikmah ,yang saya artikan hal-hal positip dalam kehidupan yang mudah-mudahan bermanfaat memperkaya bathin kita terutama saya pribadi. Medianya bisa dalam bentuk artikel, komentar, atau foto yang menginspirasi.
Untuk itu saya mengharap partisipasi teman-teman untuk berbagi melalui blog ini.
Semoga usaha sederhana ini mendapat ridho Allah Swt.Amin
Muhamad Yusuf

Berita

Rabu, 29 September 2010

Unjuk Rasa

Banyak peristiwa unjukrasa di republik ini selalu berujung ricuh, memakan korban harta dan nyawa baik dari pihak keamaman, polisi maupun dari pihak  pengunjuk rasa. Apa yang semula diperjuangkan merupakan misi yang mulia ,demi  keadilan , demi rakyat dan lain-lain justru berbelok tujuannya menjadi sesuatu yang jauh dari sikap ketaatan pada hukum ,norma dan etika.Mengapa ini terjadi, apa yang salah. Bagaimana sebaiknya kita memahami unjukrasa sebagai salah satu alat komunikasi.
Unjukrasa kerap dilakukan dengan cara yang justru mengurangi hak dan kenyaman orang lain, misal memblokir jalan, membakar ban dan sikap provokasi lainnya. Warga lain yang mungkin saja saat itu ada kepentingan yang mendesak  untuk sampai ke satu tujuan terpaksa menjadi korban karena kemacetan yang sengaja diciptakan. Unjuk rasa semacam ini gagal mencapai tujuan mulianya sebagai sarana memperjuangkan perubahan kearah lebih baik bagi kehidupan bersama.Dan bahkan mengurangi simpati dari halayak .
Unjuk rasa yang kita lihat sering memunculkan kesan yang menakutkan, kental dengan nuasa kekerasan. Simbol, atribut, tulisan dan ungkapan-ungkapan keras dalam orasi ,wajah-wajah yang bringas memperkuat kesan ini.
Aksi seperti ini berpotensi  mendapat reaksi yang mengarah kepada bentrok fisik dengan petugas keamanan.
Unjukrasa arti harfiahnya adalah suatu rapat umum atau konvoy,arak-arakan massa /warga menyampaikan aspirasi , protest  atau dukungan terhadap seseorang atau sesuatu. Intinya unjuk rasa adalah upaya untuk keluar dari suatu keadaan yang dirasakan tidak adil , atau adanya kesewenang-wenangan dari siapapun , dengan harapan pihak yang bertanggungjawab , merespons dengan jernih dam mau berdialog secara sehat tanpa adanya tekanan dan pemaksaan dari kedua pihak untuk mencari pemecahan. Atau dengan kata lain unjuk rasa adalah upaya untuk mencapai perubahan dalam tata kehidupan bermasyarakat kearah lebih baik.
Melihat unjuk rasa sebagai upaya untuk perubahan  M .Quraish Shihab dalam bukunya “Membumikan Al Quran “ menyatakan   , ”   perubahan baru dapat terlaksana  bila dipenuhi dua syarat pokok  : (a) adanya nilai atau ide ; (b) adanya pelaku –pelaku yang menyesuaikan diri dengan nilai –nilai tersebut .
Artinya apabila kita ingin benar-benar unjuk rasa bisa menghasilkan perubahan yang diinginkan , syaratnya  paling tidak , pertama harus ada ide yang jelas  dan didasari oleh nilai  yang berlaku secara universal.
 Ide bisa diartikan rencana, pemikiran,  atau saran atau tuntutan kepada pihal lain . Jadi tema yang diusung dalam unjuk rasa benar-benar merupakan hasil suatu pemikiran yang matang dan visi yang jelas,  tidak terkesan spontanitas  sehingga  tidak sia-sia. Misal beberapa waktu yang lalu banyak demo / unjukrasa  menolak kenaikan BBM . Banyak energi  bangsa kita terkuras untuk mengatasi unjukrasa ini dan korban materi yang tidak sedikit, sementara kenaikan BBM tetap terjadi.
Mestinya kita bisa mengkaji lebih mendalam secara jernih  tidak emosional misalnya mengapa BBM harus dinaikan, adakah  suatu kesengajaan menyengsarakan rakyat dalam kebijakan itu. Mungkin ada cara lain untuk menyampaikan aspirasi selain unjuk rasa, diskusi misalnya .Melalui forum diskusi terjadi komunikasi dua arah untuk bisa saling memahami secara damai, disamping itu  banyak manfaat  bagi  siapa saja   dalam bentuk  pembelajaran bagaimana mengasah kemampuan akademisnya  dalam memecahkan suatu masalah bangsa.
Ide  yang diusung misal mengkritisi kenaikan BBM harus didasari oleh nilai.  Nilai disini diartikan suatu yang telah disepakati dalam kehidupan bersama masyarakat sebagai suatu kebaikan, misal  keadilan,  keikhlasan, kejujuran, tenggangrasa, pengorbanan,tanggungjawab . Jauh dari sikap  dendam, emosional, atau motif- motif lain yang justru melenceng dari tujuan awalnya.
Kedua, pelaku unjuk rasa itu sendiri harus menghayati dan menggunakan  nilai-nilai  sebagai rambu-rambu dalam memperjuangkan ide tersebut. Ini terlihat dari cara-cara dan model-model unjukrasa damai simpatik  dan terarah, ucapan, tulisan  tidak provokatif  dan tindakan  tidak mengganggu ketertiban umum / mengganggu  hak orang lain.
Unjuk rasa bisa juga dilihat sebagai media komunikasi. Yaitu proses pengiriman  suatu pesan antar dua pihak , sender/ pengirim dan reciever / penerima. Tujuan komunikasi adalah agar  pesan sampai kepada penerima , dipahami  dan direspon sesuai dengan keinginan pengirim.
Proses komunikasi berhasil baik apabila  pesan yang dipilih memang hasil ide yang jernih, disampaikan melalui media yang dikemas  dengan memperhatikan nilai-nilai ,norma –norma yang berlaku, disampaikan pada waktu yang tepat dan ditujukan kepada orang/pihak yang tepat pula.
Kita bisa bayangkan , apa yang bisa diharapkan dari unjuk rasa yang dilaksanakan dengan cara-cara anarkis, pemaksaan kehendak ,kekerasan,  caci maki , riuh rendah , penuh dengan rasa dendam, kebencian. Itulah yang terjadi pada demo  di Sumut beberapa waktu yang lalu ,sampai menewaskan seorang Ketua DPRD.
Kalaupun unjuk rasa biasanya harus melibatkan massa dalam jumlah besar , ini jangan diartikan sebagai alat pemaksa secara fisik kepada pihak target unjuk rasa.
Jumlah massa lebih ditujukan untuk membuktikan bahwa aspirasi yang diusung adalah kepentingan publik, tapi tetap mengutamakan rasionalitas  dan moralitas .
            Agar unjuk rasa bisa mencapai tujuannya dan mendapat simpati halayak , pihak inisiator ,pemprakarsa  perlu mensosialisasikan tema, ide, visi  unjukrasa kepada massa  peserta secara jelas sehingga tidak mudah dibelokan oleh pihak lain yang ingin memanfaatkan situasi.
Massa peserta diharapkan memahami bahwa perjuangan ini sesungguhnya  mulia untuk kesejahteraan bersama, sehingga perlu dilakukan dengan cara-cara yang mulia juga. Dalam kehidupan bermasyarakat kita bisa saja menyalahkan orang lain dan mengganggap  kita yang benar ,namun perlu disadari  bahwa kebenaran absulot hanya millik  Illahi Rabbi.
Sebagai  media komunikasi , unjuk rasa bertujuan agar pesan diterima, dipahami dan direspons oleh pihak lain untuk mencari pemecahan masalah ,bukan menciptakan masalah baru.
Unjuk rasa sebagai  gerakan moral  mesti dijalankan  dengan cara –cara bermoral . -    

Sabtu, 25 September 2010

Festival Budaya Kalsel

Seorang  penjual akrab dengan "jukungnya"

Pagi 25 September 2010 tepi sungai Martapura
Bundar, hijau dan segar
Akrab dengan kehidupan air

Tabah berdo'a dan  tawakkal mencari rezeki
Pasar Terapung dan lomba kapal motor  berhias.

Ingat Kematian


Berbicara tentang kematian  selalu mendatangkan perasaan tidak nyaman. Peristiwa ini selalu hadir diruang media, maupun kita saksikan langsung  ,apakah itu berita   kematian  seorang tokoh karena sesuatu penyakit ,bencana alam,  kecelakaan , akibat tindakan kriminal , bunuh diri  dan sebab-sebab lain.  Perasaan perih  sedih , terharu pilu, selalu mengiringi , karena  perisriwa itu merenggut segala kenikmatan, kegembiraan , kehangatan keluarga yang selama ini  dimiliki.  Sering kita saksikan seorang ibu muda dengan menggendong anaknya , jatuh pingsan disaat pemakaman  sang suami yang  kematiannya bigitu datang tiba-tiba dalam suatu  kecelakaan.

Kita yang  hidup  dan dalam posisi bukan dari keluarga yang berkabung , sesuai anjuran agama  dan kelaziman  bermasyarakat selalu  datang  melayat, menghibur keluarga  yang meninggal. Dalam posisi ini kita  banyak membicarakan , tentang sebab-sebab kematian almarhum , mengapa dan bagaimana  dengan segala bumbu analisa sebagai bagian dari ungkapan rasa simpati. Dalam asyiknya kita mebicarakan itu terkadang memberi kesan bahwa  kita  “tidak akan pernah mengalami “. Manusia  sesuai nalurinya  cenderung pada  kenikmatan , selalu berusaha untuk hidup terus-menerus  seperti kata Chairul Anwar  “Aku mau hidup seribu taun lagi”.

Karena  imagenya yang  selalu memunculkan  gambaran kesakitan ,kesedihan, kengerian, kegelapan   dan horor,  sengaja  tidak sengaja kita  berusaha menghindar dari membicarakan kematian  dan bahkan mengingatnya, walaupun para  ustaz, pendeta dan tokoh agama  manapun  selalu  menganjurkan ini  sebagai bagian upaya  introspeksi diri.  Padahal suatu kepastian bahwa  semua mahluk tidak bisa menghindar dari kedatangan tamu tak diundang yang bernama “ kematian “. Disamping itu ,salah dalam memahami “ingat mati” bisa berakibat orang tidak produktif  tidak mau berbuat apa-apa dalam hidupnya dan apatis atau malah aji mumpung.

Karena kematian  suatu yang pasti dan tidak bisa dihindari dan tidak bisa diduga  , sehingga  perlu  upaya kita bagaimana memaknainya dan   bersikap agar ia menjadi suatu yang memberi rasa damai, bahagia dan membuat kita lebih produktif serta bersemangat bukan sebaliknya membuat ketakutan dan mengganggu  konsentrasi  dalam beraktifitas.

Semua agama dan keyakinan  kecuali yang atheis , meyakini adanya kehidupan setelah kematian sebagai  bentuk pertanggungjawaban manusia atas apa yang diperbuatnya selama hidup. Berlaku  hukum siapa menanam ia akan menuai. Yang  menanam kebajikan akan menuai kebajikan pula di alam  keabadian  yang namanya akherat, demikian sebaliknya. Ketakutan akan kematian ini  bisa jadi akibat kesadaran bahwa selama ini yang ditanam  keburukan, kemungkaran ,menjalimi orang melalui tangan, lidah dan fikirannya. Sehingga selalu dibayangi ketakutan khawatir ,besok lusa  dipanggil padahal belum sempat berbenah diri ,bertobat  minta maaf dengan orang yang pernah disakiti.

Bagi orang yang    sepanjang hidupnya  menjaga lisan dan tangannya dari kemungkaran, dan selalu menebar kebajikan kepada semua orang , menghadapi datangnya kematian sama dengan  menunggu datangnya panen dari  bibit  yang ditanamnya. Orang seperti ini akan sangat produktif, mulai  bangun pagi , diperjalanan menuju tempat kerja , dikantor  dimana saja ia bekerja, sekecil  dan sesederhana apapun yang dilakukan selalu bernilai kebajikan, memberikan manfaat bagi lingkungannya jauh dari menyakiti . Menghadapi kemacetan dijalan  terhindar dari  mengumpat, mencaci maki tidak jelas justru membuat stress sendiri . Sebagai  gantinya , mungkin berfikir positif  nanti juga akan lancar lagi, sambil melihat sekeliling  dan melempar senyum misalnya ke teman sebelahnya yang sama-sama sedang menikmati kemacetan.
Dalam  bekerja lebih  bersemangat karena dorongan memberi manfaat dan menanam kebajikan, bukan motif-motif yang rendah dan bersifat fana. . Kita perlu bercermin dengan tokoh “negawaran” yang diangkat oleh acara Kick Andy . Mereka orang-orang yang penuh dedikasi jauh dari pamrih murahan, popularitas, materi status sosial yang bersifat fana. Si  “Suster apung” sangat total dalam pengabdiannya menolong warga di kawasan yang jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan. Dalam keterbatasanya membantu pasien sampai-sampai mengambil resiko  menggunakan infus kadaluarsa untuk sebuah nyawa. Seorang bapak  saya lupa nanamya yang bergerak di dunia pendidikan salah satu tamu Kick Andy, ditanya apa rencana nya kedepan , jawabnya sederhana “saya mau masuk surga”. Mereka orang –orang yang produktif menanam bibit kebajikan dilahan alam keabadian. Saya pribadi kadang-kadang merasa malu pada diri sendiri, tapi sekali gus bersyukur masih banyak  tokoh  “elit bangsa” sejati menjadi inspirasi kita.

Ingat kematian’  menanamkan  kesadaran  tidak ada yang kekal di alam materi yang namanya dunia ini. Segala kenikmatan , harta, keluarga, jabatan popularitas suatu saat akan berakhir. Kesadaran ini  meningkatkan ketahanan mental dalam menghadapi suatu keadaan yang tidak menyenangkan dalam bentuk kegagalan misalnya. Nyaleg gagal tidak akan berakibat pada gangguan kejiwaan, karena meyakini  baik kegagalan maupun kesuksesan tidak abadi. Gagal sekarang bukan akhir segala-galanya , sebaliknya kalau  sekarang meraih sukses  juga siap mental untuk suatu saat akan  ditinggalkan.Yang penting  dalam proses berjuang dengan dasar niat yang baik bertolak  dari  visi ukhrawi jauh melampaui alam materi. Kalau sudah dimulai dengan niat yang baik dan visi yang benar  , kalaupun tidak berhasil sudah dicatat  sebagai suatu kebaikan oleh Tuhan. Kalau begini hidup menjadi indah, tidak ada peluang untuk bersedih.Itu yang dimiliki oleh tokoh-tokoh pejuang kita masa lalu.

Kematian yang datangnya tidak bisa diramal, sepuluh tahun lagi, satu tahun, satu bulan  bahkan satu detik kedepan tidak ada yang menjamin kita masih ada, memunculkan pertanyaan  bagaiman menyikapinya.. Apakah  membiarkan  perasaan kita dalam ketakutan, atau mencoba melupakannya . Cara yang paling baik menyikapi ini ,adalah dengan memaksimalkan “kekinian” dan “kedisinian” untuk menanam.

Kamis, 23 September 2010

Pohon Rindang

Dibawah pohon ini dulu tempat tukang cukur.DPR
Seputar era paling tidak  sebelum tahun 1975 dibawah pohon ini dulu beroperasi seorang tukang cukur. Lokasi yang yang strategis dipinggir jalan besar ditambah suasana teduh serta angin semilir dari sungai Martapura , menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan.

Rabu, 22 September 2010

HIDUP TENANG ,JADILAH DANAU

Tiap hari kita selalu dihadapkan pada keadaan tidak semuanya menyenangkan, menentramkan.Keluarga, lingkungan kerja ,masyarakat dimana kita berinteraksi kadang memberikan tekanan pada bathin kita. Kondisi ini harus disikapi dengan tepat ,apabila kita ingin menikmati hidup yang nyaman ,keluar dari tekanan tadi.

Dalam kaitan ini ada cerita tentang seorang yang mengalami kegelisahan dalam hidupnya dan meminta nasihat pada seorang sufi yang dipanggil guru.Datanglah ia pada seorang guru."Guru , belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah seperti datang tak ada habis-habisnya".

Sang guru tersenyum. "Nak, ambillah segelas air dan dua genggam garam . Bawalah kemari.biar kuperbaiki suasana hatimu." Si anak muda ini mengikuti perintah sang guru dengan  dengan malas-malasan ,karena apa yang diminta seperti tidak memberikan harapan.

"Coba kau ambil garam itu dan masukkan kedalam gelas yang ada air.Coba kau minum airnya sedikit ," kata sang guru..Si anak muda inipun melakukannya.Wajahnya meringis karena minum air asin. Apa hubungannya air asin dengan hasrat ingin menghilangkan masalahnya,  fikirnya."Bagaimana rasanya?" tanya sang guru."Asin dan perutku jadi mual ."Sang guru tertawa terkekeh makin menambah bingung si pemuda.

"Sekarang ikut aku." Sang guru membawa pemuda tadi ke sebuah danau."Ambil garam yang tersisa dan tebarkan ke danau." Si pemuda menebarkan garam yang tersisa ke danau.tanpa bicara .Rasa asin dimulutnya belum hilang.Ingin ia meludahkan rasa asin dari mulutnya , tapi tak dilakukannya . Rasanya tidak sopan meludah dihadapan sang guru., fikirnya.

"Sekarang , coba kau minum air danau itu.." Si pemuda menangkupkan kedua tangannya , mengambil air danau dan meneguknya.Ketika air danau yang dingin dan segar melewati tenggorokannya , sang guru bertanya ."Bagaimana rasanya .?" "Segar, segar sekali." Terasakah  rasa asin dari garam yang kau tebarkan tadi?". "Tidak sama sekali ." jawab si pemuda.


"Nak." kata sang guru."Segala masalah dalam hidup ini seperti segenggam air garam.Semua masalah yang kau hadapi sudah dikadar oleh Allah, sesuai kemampuan dirimu."Tapi nak.Rasa asin dari penderitaan yang kau alami itu sangat tergantung dari besarnya  'qolbu' hati yang menampungnya.Jadi supaya tidak merasa menderita , berhentilah jadi gelas (hati sempit). Jadilah qolbu seluas danau !" 

Hati /qolbu yang luas bisa diartikan pemaaf, ikhlas tawaddu berfikir positif  dan lain-lain.

LINGKUNGAN DAN BENCANA

Dari berbagai media cetak dan TV akhir-akhir ini kita dikepung oleh berita bencana banjir dimana-mana. Bencana banjir hampir terjadi disemua kawasan. Dulunya yang tidak pernah mengalami hal seperti ini sekarang menghadapi hal yang sama. Dulunya korban banjir biasanya hanya sebatas kerusakan dalam bentuk prasarana dan aset masyarakat, sekarang sudah banyak yang mengakibatkan korban jiwa. Di Tanjung Kalimantan Selatan terjadi banjir bah yang mirip stunami datang tiba-tiba hingga menelan korban jiwa Hal ini belum pernah terjadi. Banjir di Kalimantan biasanya datangnya pelan-pelan hingga jarang menelan korban jiwa.


Apa yang kita bisa tangkap dari fenomena diatas. Paling tidak ada dua , yaitu pertama bahwa bencana sudah merata disemua kawasan, kedua bahwa dampak dan skalanya makin membesar.Kawasan yang dulunya aman sekarang berpotensi kena bencana, dulunya korban hanya sebatas harta dan prasarana sekarang sudah merambah korban jiwa.




Mari kita sedikit introspeksi pada sikap dan prilaku kita .Adakah dari prilaku kita yang memberi sumbangan terjadinya bencana Kita disini bisa sebagai penguasa sebagai pengelola kebijakan , bisa  sebagai masyarakat.Adakah sifat serakah yang menguasai kita sehingga alam kita kuras semena-mena tanpa kendali memikirkan dampak jangka panjang. Yang penting hari ini dapat banyak uang besok bukan urusan kita lagi.Adakah sifat egois kita dan acuh sehingga kita dengan tanpa merasa berdosa membuang sampah , menutup got dihalaman rumah kita hanya mikir kenyamanan sendiri. Mari kita merenung sejenak ,bumi ini harus tetap berlanjut untuk anak cucu kita.